0

My Naughtiness

Tentunya kalian pernah merasakan indahnya masa kecil bukan? begitupun gue. Gue juga pernah merasakan indahnya masa kecil, gue bukan mahluk yang dilahirin langsung besar, mungkin kenakalan gue di masa kecil bisa dibilang sedang naik daun(bukan gue menaiki daun). Gue seperti mahluk liar yang baru dilepaskan yang ingin mengenal dunia luar dan ingin mencoba semua hal seperti, minum racun serangga, memanjat tower setinggi 100 kaki, dan berlali keliling indonesia (sungguh mustahil). waktu kecil gue juga mempunyai 2 partner dalam semua kegiatan gue yaitu Vier dan Latief. Sekilas tentang Vier dan Latief, Vier adalah seorang bocah yang mempunyai bobot diatas rata-rata atau mempunyai tingkat kesuburan tinggi. berbicara tentang Vier gue inget satu hal, suatu sore nyokap gue bertemu dengan Vier di samping rumahnya dan bertanya
'Makan pake apa yer?' tanya nyokap gue sambil ngeliat ke arah Vier yang sedang makan seperti orang kesetanan.
'Pake garam' jawab Vier polos.


dari situ gue menyimpulkan kalau kita ingin gendut, kita harus banyak makan garam, dan gue udah liat bukti nyata dari garam itu sendiri. Lalu Latief, latief adalah seorang bocah kebalikan dari Vier dikarenakan dia memiliki bobot diabawah rata-rata, dan gue inget 1 hal juga tentang Latief.
Waktu gue baru pindah ke daerah Cibinong satu-satunya orang yang gue kenal hanyalah latief. Suatu ketika latief maen ke rumah gue dan terus nyokap gue bertanya
'Latief umurnya berapa?'
'5 kilo' jawab Latief
dari sini gue juga bisa menyimpulkan anak kecil itu hanya berkata tentang apa yang ia ketahui entah itu salah atau benar.
back to my naughtiness
Gue inget di suatu siang gue bingung mau ngapain karna saat itu rumah gue sedang dibangun, dan gue hanya bisa bermain pasir dan semen untuk mengubur diri gue hingga membeku, dan gue bosen bermain seperti itu, Lalu gue panggil aja Vier dan Latief untuk melakukan kenakalan meggunakan telepon koin, karna saat itu sedang marak-maraknya teror telpon koin, dan berangkatlah gue ke tempat telpon, sesampainya disana gue langsung menelpon Fahiq(disamarkan) karna yang hafal hanya nomor dia. Setelah sambung, mulailah pembicaraannya.
Vier: Hallo, Apakah benar ini kediaman Fahiq?
Ibunya Fahiq: Iya benar ada apa ya pak? (waktu itu telponnya ditutup menggunakan kertas jadi terdengar seperti suara orang dewasa, trik anak kecil)
Vier: Gini bu, anak ibu menang audisi *** Junior
Ibunya Fahiq: "Teriak-teriak dengan teriakan FAHIQ KAMU LOLOS"
*Logikanya "Ngapain dia teriak-teriak ga jelas padahal anaknya ga pernah audisi *** Junior, terus kalau dia lolos kenapa dihubungi lewat telpon"
Vier: Yasudah ibu dan Fahiq datang saja ke gedung I******r di Jakarta Selatan (padahal gue, vier, latief ga tau gedung I******r
Ibunya Fahiq: 'Baik Pak, terima kasih' menjawab dengan yakin.
-TUTUP-

dan  gue ga tau lagi apa si ibu itu akan benar-benar datang kesana apa ga. Puas bermain-main telpon umum gue pun pulang dan diperjalanan pulang gue memutuskan untuk duduk-duduk dulu BK(Besi Kuning). Besi Kuning adalah pagar jalan berwarna kuning yang cukup terkenal di Pabuaran tempat gue tinggal. Lagi asik-asiknya duduk -duduk dan ngobrol tentang tadi dengan Vier dan Latief tiba-tiba orang yang tinggal di di dekat besi kuning itu keluar dan ngusir gue, Latief, Vier, dan besi kuning untuk pergi dari situ. Lalu muncul ide nakal gue buat ngelempar  rumah orang itu dengan batu, Jeger!! gue lemparlah si batu yang ga bersalah itu ke genteng rumah orang itu.
'Gila lu' kata Vier ke gue
'Bener-bener dah gila emang lu'  kata Latief ke gue (karna cuma gue tersangkanya)
'Biarin, gue udah kesel, lagian lagi nyantai malah diusir (udah kaya ngusir kucing lagi) jawab gue dengan sok tenang yang padahal gue takut setengah mati.

Ternyata orang itu ngejar gue, Vier, Latief dan kita semua bisa ngilangin jejak tapi orang itu lebih pinter dari kita semua, dia nanya ke warga sekitar kemana gue lari. Alhasil gue ketangkep di rumah gue sendiri dan gue diomelin abis-abisan  sama bokap gue. Pada akhirnya gue menyimpulkan atas semua kenakalan gue, kalau "Anak kecil hanya melakukan semua hal yang keluar dari pikirannya tanpa melihat bahaya yang akan datang pada dirinya akibat kelakuannya sendiri".

0 komentar:

Posting Komentar

Back to Top